Bicara tanpa kata ___________
Malam tak lagi indah, angin tak lagi sejuk di kulit biru. Langit beserta bintang yang menjadi alasan nya tersenyum pun tak lagi membuatnya tersenyum. Di sepanjang trotoar Malla Sabiru menyusuri jalanan dengan langkah perlahan, kaki lemas, wajah berantakan. Tak lagi ada alasan untuk dia tertawa, semua nya sangat suram menurut biru.
Benar benar tidak ada.
Mata nya menyorot jalanan, dengan jaket besar kepunyaannya berhasil menutupi seluruh badan beserta rambut Malla Sabiru. Mata nya masih saja meneteskan air mata, jalanan sepi hanya beberapa kendaraan roda dua yang lewat tanpa peduli.
Sesekali siulan burung memanggilnya untuk memalingkan pandangan Biru terhadap jalan tetapi nihil. Mata bulat nya tetap berfokus kepada jalan dan tangisan.
Sesampainya di sebuah lampu jalan Sabiru berhenti dan terduduk di bawah tiang nan dingin itu.
Krikil pun jadi sasaran empuk Sabiru. Tanpa tahu salah batu, Sabiru asyik melempar krikil ke sisi sisi jalan. Jemarinya bergulat mengambil batu batu tanpa dosa.
“Mallaaaa!!!!” Teriak lelaki dari jalan dengan kendaraan roda dua, betapa kagetnya lelaki ini melihat Malla Sabiru di pinggir jalan dengan posisi berjongkok di bawah lampu. Dengan segera lelaki ini mendekati Biru dan menuruh motor nya di segala tempat.
“Sam? S-samudra” lirih pelan Sabiru saat melihat samudra mendekat ke arahnya. “K-kok? Manggil Malla?” Ya, wanita ini kaget pasalnya tidak pernah ada yang memanggil nya dengan nama depan selain orang tua dan sanak saudara.
“Ga penting, lu ngapain disini hemm? Ya ampun malla mukak lu berantakan. Sakit ya? Sini peluk maafin abang malla maafin”
Tambah kaget, wanita ini terkejut saat Samudra menyebut kata Abang. Apa maksut Samudra sebenarnya.
“Abang?”
“Tenangin pikiran ya Malla, maafin abang” Samudra tak membiarkan adiknya terdiam, segera Samudra peluk Sabiru dalam dekapan nya. Kepala Sabiru pun di elus tanpa permisi, air mata yang jatuh di elap nya tanpa kata.
“Malla kenapa sayang? Bilang sama Abang kenapa?” Sabiru yang bingung tak peduli lagi apa arti kata abang, dikeluarkan nya ponsel untuk menunjukkan chat nya tadi bersama Lala teman se shift nya tanpa banyak bicara Samudra mengambil handphone Sabiru.
“Brengsek!!” Teriak Samudra penuh emosi
“Sam-samudra gue harus apa” tanya Sabiru gagap
“Sekarang pulang ke apartemen, tenangin diri jangan di pikirin. Yuk Abang anter”
Sampai sekarang pun Sabiru tak mengerti arti abang yang keluar dari mulut Samudra.