Ini tentang papa dan malla

“papa” Dengan suara melemas, mata yang sayup Malla Sabiru memeluk erat batu nisan sang papa.

Sudah malam, langit pun sudah gelap tapi tampaknya biru benar benar tidak punya rasa takut. Tetesan air milik mata biru terus mengalir tanpa henti.

Dedaunan yang gugur menambah suasana semakin memanas, hati nya panas, otak nya benar benar ingin meledak. Memori itu terus berjalan di otak biru, cinta pertama nya kini telah berbaring di tanah lembab.

Hatinya semakin hancur tatkala mengingat kejadian kematian sang ayah. Ia benar benar merasa bersalah sampai saat ini pun biru rasa ialah penyebab papa nya meninggal dunia.

“Maafin malla pa, coba waktu itu biru ga minta yupi pasti papa ga akan kecelakaan”

Saat di pikirkan memang lah sepele, yupi ya yupi. Biru sangat menyukai yupi, biru memang sering meminta yupi kepada papa nya. Suatu saat, papa malla sabiru sudah waktunya untuk pulang kerja dan seperti biasa biru meminta papa nya membelikan yupi.

Sebenarnya memang bukan salah biru, sudah waktunya papa biru pulang ke rumah tuhan. Tapi wanita ini kekeh bahwa ia lah alasan papa nya meninggalkan dunia.

“Papa, Malla kangen. Maafin malla ya pa Malla suka minta aneh aneh. Papa bahagia ga di sana?”

Air mata biru semakin menjadi, tetesan demi tetesan memiliki arti. “Papa, malla pamit ya malla mau pulang dulu nanti malla pasti dateng lagi kok malla janji”

Biru menarik nafasnya

“Papa, makasih ya buat semua nya malla sayang papa. Love you pa”

Sabiru beranjak dari makam papanya, dengan tenaga yang tersisa biru berjalan menjauh dari makam.