Jayden & Senja

Senja tengah bersiap di depan cermin kamar nya. Olesan bedak tabur menyapu habis permukaan kulit wajah wanita itu.

'Tersenyum' itu yang ada di benak senja. “senja ayo bisa senyum” senyuman yang awal nya tampak sembunyi lama kelamaan mulai terbit.

Mata nya masih menyisakan sembab bekas tadi malam ia meneteskan air sedih milik matanya. Hati nya masih terasa perih tatkala mengingat senyum jayden lelaki yang menjadi temannya yang hampir berjalan 3 tahun.

Entah sejak kapan senja menyukainya tetapi baru kemarin ia menyadari bahwa hati nya sudah di kuasai oleh jayden.

Jika senja datang kepada jayden sekarang itu bisa saja ia lakukan. Rasa kemanusiaan nya lebih besar dari ego.

Sangat ingin senja untuk maju dan berkata ia mencintai jayden. Tapi senja takut melukai perasaan anas wanita yang akhir akhir ini sedang dekat dengan jayden.

Dan tadi malam ia sudah mantap untuk mundur dan memudarkan perasaan nya kepada jayden.

“kakk kakk senjaaa” teriak langit yang berjalan ke arah kamar senja

“astaga langittt ngapain sih teriak sakit tau kuping kakak” seru senja menahan emosi nya “makanya kuping di pakek, itu loh di panggil sama bang jay”

“hah jay? Kok jayden si?” heran senja “ya mana gw tau, udah ah byee cpt sna keluar”

Senja berjalan perlahan menuju luar rumah sambil mengintip jendela ruang tamu. “senja mau kemana?” tanya bunda senja yang cukup membuat senja kaget.

“ahh bunda nih ngagetin aja, mau ke bj motekar boleh? Sama ja-emm” ucapannya terputus saat hendak menyebutkan nama jayden

“sama siapa?” tanya bunda senja lagi yang mulai kebingungan dengan tingkah anak nya “sama jayden, udah ya bun senja duluan assalamualaikum bun” senja dengan buru buru menyium punggung tangan bunda nya

“Waalaikumsalam hati hati nak”

“ja-jay so-sorry ya lama” ucap senja putus putus Jujur saja dia cukup kaget mengetahui jika jayden yang menjemput nya

“iya senja engga papa” Senja mulai memakai helm nya dan menaiki kendaraan jayden

“udah?” tanya jayden “u-udah yuk”

Selama perjalanan, mereka berdua sama sama enggan ingin berbicara. Senja yang masih cukup berat untuk mengeluarkan kata dan jayden yang cukup kebingungan melihat tingkah senja.

“jay” “sen” Ucap mereka bersamaan

“ehh barengan” celetuk senja “lu dulu dah sen”

“engga ahh lu dulu aja yang ngomong” ucap senja dan di iyakan oleh jayden

“kemarin kok gw liat lu di kantin sendiri kayak nangis trus langsung pergi gitu aja”

“o-ohh itu anu hehe biasa jay kelilipan” elak senja “oalahh gw kira kenapa, padahal mau gw ajak makan bareng sama anas”

Dukkk! Seperti di hantam batu besar hati senja seketika ingin berhenti. Pikirannya mulai kacau saat jayden menyebutkan nama anas.

Cukup terdiam lama senja tak merespon pembicaraan jayden. “sen??” “ohh ohh iyaa gila apa gw ntar ganggu” kalimat ini keluar dari mulut senja yang sedang menggambarkan tawa palsu.

“yee gapapa kali lagian lu kan temen gw ga mungkin lah ganggu”

Ya benar saja kata itu kembali membuat senja cukup kaget menerima kenyataan bahwa mereka hanya sebatas 'teman'.

“hahaa iya jay lain kali yahh! Ehh ga kerasa ya udah nyampe!!” seru senja lagi lagi dengan senang palsunya.