Kesempatan

Setelah pulang dari market tempat Sabiru bekerja buru-buru Sabiru menuju ke taman. Wanita ini sungguh aneh, siapa yang tidak sakit jika di hianati? Ntah dia yang bodoh atau Mahen yang pandai merayunya. Biru rasa tidak, bukan karna rayuan Mahendra, ia benar-benar sudah jatuh kepada Mahendra. Bahkan rasa sayang nya melebihi rasa sakit.

“Bodoh ya gue, ini kesalahan fatal yang Mahendra lakuin tapi kenapa gue masih mau ngasih kesempatan” Sabiru berbicara sendiri dengan kuku jemari yang ia gigiti

“Kebiasaan, kukunya di gigitin” ujar lelaki dari belakang Biru membuat wanita yang terduduk di taman ini sedikit kaget “Oh mahen udah nyampe” ucap Biru pelan

Tak langsung duduk, laki-laki ini tetap berdiri di hadapan Sabiru. Mata nya yang indah senantiasa menatap mata cantik milik Sabiru.

“Duduk?” Satu kata berhasil keluar dari mulut Biru, ia saja bingung kenapa Mahendra berdiri tanpa kata dan hanya menatap nya.

“Sabiru, aku minta maaf” kalimat ini terucap, kata maaf keluar dari bibir Mahendra. Bukannya duduk, ia malah berjogkok di depan biru.

“Jangan di bawah, naik sini”

Ya sudah di ajaknya Mahendra untuk duduk, bukannya terduduk ia justru memeluk kaki biru erat dengan lirih tangisan yang terdengar di kuping biru.

“Ehh naik Mahendra ngapain, aduh naik ayo” Sabiru memegang erat bahu Mahendra dengan niat mengajak Mahendra duduk di samping nya tetapi Mahendra malah terjongkok memeluk kaki Biru.

“Biru maafin aku bir, aku kelewatan biru. Aku minta maaf buat kamu sakit, aku minta maaf buat kamu nangis biru jangan diemin aku, kasih aku kesempatan buat aku benerin semua nya. Bir, aku sayang sama kamu, aku sayang banget sama kamu, aku goblok bir ngelakuin hal itu biru maafin ya aku janji ga bakal ngulangin hal kaya gitu lagi biru maafin aku plis”

Mahendra memohon tanpa jeda dengan tangisan yang setia, air mata Mahendra terus menetes di kaki biru. Baru pertama kali ini biru melihat Mahendra menangis sejadi jadinya, Biru rasa Mahendra berhak di beri kesempatan. Bukannya manusia tidak ada yang sempurna? Semua manusia bukannya pernah melakukan kesalahan ya?

“Yaudah sini ayo naik jangan di bawah gitu, nanti di lihat orang ayo duduk di samping aku” Sabiru berusaha menarik bahu Mahendra, perlahan lelaki ini berdiri lalu duduk di samping Sabiru.

Kepala nya menunduk tak berani menatap Sabiru “Aku juga sayang banget sama kamu” ucapan Sabiru terputus

“Aku sayang kamu, aku percaya sama kamu. Aku yakin kepercayaan tuh kunci sebuah hubungan, tapi kenapa kamu ngerusak kepercayaan aku? Kamu tau kan yang kamu lakukan itu kesalahan yang fatal? Kamu tau ga, dada aku otak aku tubuh aku semua nya lelah. Dada aku sakit setiap otak berhayal apa yang terjadi, otak aku yang selalu nyetel apa aja kejadian kejadian yang terjadi sama kamu dan Ayana, badan aku cape semua. Tangan kamu, badan kamu, emmm bibir kamu bahkan seluruh badan kamu. Aku bayangin semua yang Aya pegang, yang Aya dan kamu lakuin, sakittt banget Mahen. Ga nyangka hal kaya gini terjadi, Ayana yang notabene nya temen deket kamu dan sebentar lagi dia bakal jadi saudara aku? WOWW bercanda nya dunia tuh ga main main ya sayang” lanjut Sabiru, dengan mata yang berkaca-kaca semua nya ia keluar kan detik itu juga

“Kamu inget ga? Dulu kamu dateng ke aku bawa yupi, sesederhana itu kamu buat aku terpukau. Aku ngerasa kamu benar benar berbeda hanya karena sebuah yupi. Hal itu yang buat aku takjub, di saat semua laki-laki bawa bunga dan cincin buat menarik perhatian wanita yang dia incer, tapi kami pinter Mahen ntah dari mana kamu tau aku suka banget sama yupi, kamu bawa itu ke aku itu cukup membuktikan kamu segitu tulus nya sama aku. Coba deh liat aku”

Mahendra pun menegakkan pandangan nya menatap Sabiru dengan pipi yang masih menyisakan air mata.

“Kamu dateng ke aku dengan senyuman manis kamu Mahen, kamu janji ngajak aku buat senyum bareng bareng. Kamu manis banget kalo senyum sampai sampai aku ga rela Mahen bagi bagi senyuman manis kamu, aku ga rela ada yang liat senyuman kamu. Tapi itu cukup egois bukan? Tapi kali ini mahen” ucapannya kembali terhenti

Mata Sabiru mulai meneteskan air mata, pipi nya mulai mengalir air milik sang mata. “Kali ini mahen, kamu bukan hanya bagi senyuman tapi seluruh badan kamu sayang, jari kamu yang sering aku genggam, mata kamu yang sering aku tatap, bibir kamu yang biasa kamu pakai buat nyium aku”

”.... Aku ga sanggup nerusin” Benar benar banjir, air matanya sudah tidak bisa di bendung lagi. Semua mengalir dengan deras tanpa permisi.

“Aku kasih kamu kesempatan sekali lagi, ga tau aku yang bodoh nerima kamu lagi atau kamu yang bodoh nyia-nyiain aku, hati aku masih sakit banget tapi mulut aku ga bisa nahan buat ngomong ini ke kamu, Mahendra i Miss you”

Mahendra secepat kilat memeluk Sabiru, mata Mahendra kembali banjir saat melihat wanita nya menangis. “Miss you too bir, maaf biru. Makasih udah mau ngasih aku kesempatan lagi, aku bener-bener minta maaf ya sayang”

Dua insan ini menangis tanpa henti, untung saja taman sedang sepi pengunjung.