Les

“Nihh.” secara tiba-tiba Mahendra datang membuat Shandara sedikit kaget. “Astaga kak Mahen! gue kira siapa!”

“Hahaha begitu doang kaget.” ucap Mahen diiringi kekehan renyah. “Sumpah ya ni apartemen lo horror kak, tadi pas gue lagi ngerjain kayak ada yang ngeliatin gitu.” bibir Shandara benar-benar tidak memiliki rem.

“Ehh ehh sebentar, apeni yupi kan? Kok lu tau gue suka yupi.” Belum sempat Mahendra menjawab, wanita ini dengan santai mengambil yupi yang masih terbungkus rapi. “Kalau ada cabe udah gue cabein tuh mulut lu, Dar”

“Yakin? Mau nyabein cewek cantik nan manis ini.” wanita ini sangat santai dalam berkata.

‘Mirip tapi beda.’ ucap Mahendra dalam hati, bagaimana tidak fisik dan makanan favorit Shandara sama dengan Sabiru tetapi sifatnya sangat berbanding terbalik.

“Heh kak! Kok bengong sih, kenapa? Lu beneran terpana kan sama kecantikan Shandara Ravelyn.” ucap sombong Dara.

“Kayaknya tingkat kepedean lu tinggi banget deh, Dar.” Bukannya menjawab Shandara hanya melirik Mahendra dengan mulut yang dipenuhi yupi.

Tak lama yupi di depannya pun habis “Kak, gue pulang dulu ya.” “Lu tadi kesini naik apa?” tanya Mahendra. “Terbang, kak. Gue kan bidadari.” Mahendra benar-benar tak habis pikir, wanita di depannya ini sangat ceplas-ceplos.

“Dar, gue serius.” “Kak Mahen, hidup lu tegang banget ya kayaknya.” Cibir Shandara.

Mahendra hanya menggelengkan kepala dengan senyum tipis yang tertera jelas di bibirnya. “Mau di anterin?” “Ihh ngerepotin tau!” Bohong, Dara hanya ingin berbasa-basi. Otaknya sangat brisik, jantungnya berdetak kencang, bibirnya pun ingin sekali berkata ‘iya’.

“Engga sih, udah malem juga.”

“kalau gitu ayok lahh!”

“yeee dasar, pura-pura nolak kan tadi.” Shandara hanya menahan senyum