“Mahen, ada anjing!!!”

“gapapa ini jalan kaki?” Tanya Mahen “Iya engga papa hen”

Mahen berniat ingin mengajak Sabiru jalan bersama. Pikiran lelaki ini memang aneh, menurut Mahen jalan kaki berdua di sore hari itu sangat berarti katanya itu adalah hal yang romantis. “Cape ga kaki nya?” Celetuk Mahen

“Emang kalo cape mau di apain? Mau lu ganti kaki sapi?” Jawab Sabiru sambil terkekeh “Tau ga kenapa gue ngajak jalan kaki?”

“Engga lah” “Sebelum nya ada cowo yang ngajak lu jalan kaki, bir?” Tanya nya lagi

“Lu doang, aneh” Sabiru tetap memfokuskan pandangannya ke depan menatap kerikil-kerikil kecil yang berada di aspal. “Nah makanya itu, gue pengen ngajak lu ngelakuin hal yang belom pernah cowo lain lakuin”

“Iya tapi aneh Mahen” “Iya si, tapi-”

Ucapan Mahen terputus tatkala mendengar Biru teriak. “Lari hen!! Larii!!”

“Haa? Knpa bir?” Lelaki ini lemot sekali, mungkin itu yang ada di pikiran Sabiru. “Anjing! Goblok! Itu anjing ngejar kita”

Dan ya, Mahen baru menyadari jika sedang ada anjing yang mengarah ke mereka dengan tatapan ingin menerkam. Secepat kilat Mahendra menggandeng tangan Sabiru, mereka berdua berlari dengan jemari saling bertautan. Bukannya ketakutan, mereka berdua justru menikmati.

Sabiru benar-benar merasa ada yang berbeda, jantung nya berdebat tak karuan. Dengan senyum manis yang lantang, Sabiru berhasil menghipnotis Mahendra. “Itu ada warung bakso!” Teriak Mahen

“Hufttt.... Cape Mahendraaaa” nafas Sabiru keluar tak beraturan, antara lelah dan terpikat jantung Sabiru berdetak semakin jadi.

“Aduh maaf ya? Cape ya?” Mahen pun mendekat ke arah Biru lalu di tatap nya wajah manis Sabiru. “Ke-kenapa?” Tanya Biru gugup

Tangan Mahendra mengusap perlahan dahi Sabiru yang berkeringat akibat lari bersamanya. “Maaf ya, bir. Ayo duduk kita pesen esteh, kalo mau bakso 10 mangkok gue beliin kok, bir”

Sabiru hanya terkekeh mendengar perkataan Mahen. 'lucu' batin Sabiru.