Malam dan Reyhan

“Dar!” seru Reyhan dari depan rumah Shandara “Ayo naik si Joko!.” Lanjutnya.

Shandara terkekeh melihat tingkah Reyhan, perlahan Dara menaiki jok belakang motor Reyhan.

“Apasi lo! Aneh banget, Joko siapa? Jangan bilang ni motor?.” Dara menggrutu.

Reyhan tersenyum tipis dengan mata yang melirik spion memandang wajah Shandara.

“Iya, namanya Joko. Kerenkan!” Ucap Rey semangat.

Wanita ini lantas tertawa terbahak-bahak mendengar kalimat yang keluar dari mulut Reyhan, Reyhan selalu ada di kala Shandara sedih, lelaki ini tidak banyak tanya, Reyhan cukup membawa wanita ini keliling kota.

“Siap?”

“Hey, jawab kok malah ketawa sih.” Lanjut Reyhan. “Iya-iya siap Reyy.” Seru Dara.

Suasana malam ini cukup dingin, langit tampak bersahabat, bintang pun tak kalah menarik.

“Lu tau ga kenapa gue ajak naik motor, Dar?.” Tanya Reyhan yang fokus memandang aspal jalanan.

Shandara terdiam sejenak, apa maksut lelaki ini. “Engga.” Jawab singkat Dara.

Rey tersenyum, “Biar lu bisa nikmatin dinginnya udara malam.”

“Yeeee aneh! Ntar kalo gue sakit lu mau tanggung jawab?.”

“Gue kecup juga entar sembuh.” Ucap Reyhan dengan santai di iringi kekehan.

Shandara yang mendengar itu pun langsung memukul kepala Reyhan, “aww sakit anjing.!”

“Bibir lo gue rukiyah ya, Dar” “udah tau gue pakek helm ya sakit lah!.” Lanjut Reyhan.

Senyap, setelah candaan itu berlangsung canggung pun datang.

“Dar.” Panggil Reyhan pelan, hanya dehem an yang keluar dari mulut Dara. “Cape ya? Atau ada masalah lagi?.” Tanya Reyhan diiringi wajah serius. “Bisa jawab? Kalau engga yaudah gue ga maksa, Dar.”

Shandara hanya terdiam, mata nya mulai berkaca-kaca mengingat kejadian yang menimpanya tadi siang. “Gue ga okey, Rey.” Jawabnya pelan.

“Perlu gue berhentiin motornya biar lu cerita nya nyaman? Atau lanjut aja?.” Hanya pertanyaan itu yang muncul dari mulut Reyhan sudah berhasil membuat air mata Dara terjatuh, lagi.

“Kalau buat sekarang gue belum bisa cerita, Rey.” Jelas Shandara. “Okey, gapapa gue ga maksa.”

“Dar, lihat langit nya bukannya itu terlalu indah untuk di anggurin? Bulannya juga lagi terang tuh, dia tau kalo ada cewek cantik yang lagi keluar keliling kota”

“Hahaha! Apaan si lo.” Sela Shandara.

“Lo tuh kayak langit malam tanpa bintang.” “Maksutnya?.” Aneh sekali lelaki di depannya ini.

“Kayak lo tanpa sebuah senyuman, suram banget! Makanya senyum lu ga boleh luntur apalagi ilang.”

Shandara menarik kedua pipinya lalu terbitlah sebuah senyuman tipis namun indah. “Nah!! Gitu dong!!”

“Martabak? Kacang susu?.” Tawar Reyhan.

“Mau!.” Seru Dara penuh semangat. Hanya di balas senyum tipis oleh Reyhan dengan mata yang melirik spion.