Roti

Senja mulai beranjak dari tempat duduk nya lalu berjalan mendekati Danny.

Sebenarnya Senja sendiri masih malu atas kejadian beberapa minggu lalu, tapi ia rasa akan lebih baik mencoba berteman dengan Danny.

Danny duduk tidak jauh dari tempat senja. Lelaki itu memilih duduk di kursi paling belakang, ya lebih tepatnya di pojokan. Ntah apa yang Danny rasakan ketika duduk di belakang tetapi ia rasa itu akan sangat memudahkan Danny jika ingin melakukan sesuatu.

Danny suka tidur tapi tidak separah Senja. Danny murid yang pintar hanya dia sedikit pemalas, lelaki itu memang suka membawa makanan untuk ia cemili.

Danny menyadari Senja mulai berdiri dari tempat duduk nya tersenyum menatap Senja.

Entahlah Senja yang biasa nya bertingkah seperti singa lepas tetapi kali ini dia sangat menjaga sikapnya bukan karna ingin perhatian Danny tapi rasa malu terhadap kejadian lalu masih membekas di benak Senja.

“Ini Dan” tawar Senja kepada Danny lagi-lagi di balas senyuman oleh Danny.

“Duduk dulu sini samping gw ngapain buru-buru pergi”

Sebenarnya Senja sangat ingin kembali ke bangku, ingin menolak tapi ada rasa tidak enak “emm iya, Dan.”

Senja pun mulai menduduki pantatnya di bangku tepat di samping Danny. Senja kembali menyodor kan roti yang di buat oleh bundanya.

“Ini Danny cobain! bunda yang bikin” seru Senja.

“Keliatannya enak, Sen” “iya dong kan bunda gw yang bikin.” “Gw coba ya” Danny pun mengambil sehelai roti isi selai srikaya itu.

“Rum enak loh, Sen” “mau lagi Danny? ambil aja, sebentar gw ambilin tissu ya”

Senja mengambil tissu di laci meja nya dan memberikan satu roti lagi kepada Danny.

“Ini ya, Dan” ucap Senja sambil tersenyum. “Manis” celetuk Danny.

“Ya manis dong kan roti, Dan”

“bukan itu” “terus?”

“senyum lu.”

DAMNNN!

Kata itu benar-benar membuat Senja membeku entah apa yang harus Senja lakukan, yang pasti hati nya sedang berdetak sangat cepat.