Runtuh

Dara terduduk di atas kasur dengan tatapan yang bisa di bilang kosong, wanita ini terdiam menatap sekitar seakan sedang mencari sesuatu. “Dara, kenapa?” Tanya Mahendra yang bingung atas sikap Shandara, Mahendra menggapai tangan Shandara lalu menatap gadis ini dengan seksama.

“Kak Mahen,” lirih Shandara. “Iya, kak Mahen sini. Kenapa?”

Shandara terdiam sejenak lalu menatap temannya satu persatu, “Rey,” setitik kata itu berhasil membuat seisi ruangan kaget, Chaca dan Ella berusaha menahan tangis. Sesak, itu yang tiga sejoli ini rasakan.

“Gue ketemu Reyhan, dia bilang mau pergi. Itu mimpi kan? Reyhan belum ke Indonesia? Gue pengen ketemu Reyhan.” Kalimat ini kembali tidak ada jawaban, “jawab, Reyhan kemana, kenapa semua nya diem? Chaca, lo nangis kenapa?” Shandara mulai panik.

“Dar,”

“Chaca bilang sama gue, ini ada apa?”

“Reyhan kecelakaan pesawat, Dar. Reyhan udah pergi,” kini Aidan angkat bicara, lelaki ini berusaha tetap baik-baik saja. Shandara membeku, matanya memerah, gadis ini mulai menggigit bibir bawah miliknya. Tak bisa ia tahan, air matanya meluncur tanpa ampun.

“GAK! LO SEMUA BOHONG! INI BOHONG! INI MIMPI KAN!” Shandara teriak sejadi-jadinya, tangan nya yang lemah tiba-tiba memiliki kekuatan untuk memukul-mukul kasur.

“REYHAN! GA MUNGKIN LO NINGGALIN GUE KAN? KATANYA LO BAKAL NEMENIN GUE SELAMA NYA, LO SENDIRI YANG BILANG LO BAKAL JADI SAHABAT GUE DAN NEMENIN GUE SELAMA NYA, REY! GA! GA MUNGKIN!” Gadis ini benar-benar histeris, tangannya yang di gunakan untuk memukul kasur kini digunakan untuk menjambak rambut nya sendiri.

“Dara, stop ya, sakit nanti kepala nya,” Mahendra berusaha menenangkan Shandara, lelaki ini berusaha menahan tangan Dara untuk tidak menjambak rambutnya sendiri. Chaca dan Ella hanya bisa terdiam dan menangis melihat sahabatnya yang tengah histeris di atas kasur rumah sakit.

“Kak, Rey kak Rey!!” Adu Shandara, “iya, kakak tau, udah jangan nyakitin diri sendiri.”

Tak lama Tante Sasa muncul, kaget melihat keadaan anaknya, ia langsung mendekat dan memeluk Shandara. “Milla, sayang udah nak, anak Mama jangan gini, ya?” Mama Sasa ikut terisak melihat keadaan putri cantik nya ini.

“M-mama, Reyhan, Reyhan ma,” gadis ini mulai tenang saat mendapat pelukan hangat yang menyelimuti tubuh nya.