Ternyata.
“Mahendra, buka!!” Teriak Ayana dari luar pintu apartemen milik Mahendra
Sang pemilik sekaligus biru pun kaget dengan suara yang di hasilkan oleh Ayana akibat memukul pintu terlalu keras.
“Mahen, kok kaya suara Ayana” tanya biru kebingungan “Sebentar ya sayang aku buka dulu”
Mahendra dengan segera berjalan menuju pintu depan bertujuan membukakan pintu itu untuk Ayana. “Ayana? Kenapa?”
Bukannya menjawab, Ayana malah menerobos masuk pintu yang telah di bukakan. Mahendra pun bingung apa maksut Ayana datang dengan kemarahan.
“Biru! Keluar lu dari apartemen Mahen”
“Ha? Apaan si na, gue dari tadi disini bahkan duluan gue yang nyampe. Lu kenapa dateng dateng marah si”
Ayana dengan seribu kemarahan nya mendekati Sabiru disertai jemari yang siap menjambak rambut Biru. “Keluar apa gue seret!!” Teriak Ayana
“Sakit na sakit Ayaaa”
“Ayaaa!! Apaan si kamu kelewatan tau ga!” Bentak mahen yang segera merampas tangan Ayana dari rambut Sabiru.
“Mahen!! Kamu belain dia ha?”
“Kamu yang kasar Aya, kamu ngapain narik narik Sabiru”
Otak licik nya benar benar berjalan sekarang, entah apa yang merasuki Ayana sehingga bisa senekat ini. “Aku hamil!! Ngapain kamu masih sama Sabiru!!”
DEGGG!!! Begitulah kira-kira yang Sabiru rasakan, bagai tertancap tombak hati nya benar-benar sakit. Mata indah miliknya pun sudah mulai berkaca-kaca.
“Aya? Beneran? Aku bahkan selalu main aman sama kamu. Kita terakhir kali udah beberapa bulan yang lalu semenjak aku mutusin buat setia sama Sabiru” Jelas Mahendra kebingungan, antara percaya dan tidak lelaki ini sangat bingung apa yang harus ia lakukan.
Tidak sesuai ekspektasi, Mahendra bahkan tidak sempat kepikiran jika Ayana sampai hamil. Memang jahat, tetapi tidak bisa di pungkiri Mahendra tidak benar-benar mencintai Ayana. Otak nya sudah di balut oleh nafsu saat bersama gadis di depannya ini.
“Sayang ini beneran?” Tanya Sabiru dengan suara pelan yang sedikit bergetar “Mahendra, jawab dong!” Sambungnya tetap dengan suara yang bergetar dan sedikit keras.
“Iya!! Yang ada di perut gue anak Mahendra! Kenapa? Mau marah? Harus nya gue yang marah ngapain lu masih disini sama Mahendra!!” Teriak Ayana kalap
“Ayana! Apa-apaan kamu!!” Entah sejak kapan Samudra datang, yang jelas Samudra masuk tanpa izin dari sang pemilik apartemen.
“S-sam”
“A-abang” Sabiru pun kaget kenapa ada Samudra di tengah kekeruhan ini.
“Samudra, lu ngapain kesini?” Tanya Mahendra kebingungan.
“Itu anak gue!”
Bukan kaget lagi, Sabiru benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Wanita ini senantiasa terduduk di lantai akibat syok yang ia dapatkan dari keributan Ayana dan Mahendra.
“Sini! Ngapain kamu kesini! Udah berapa kali aku bilang, jangan ngerusak hubungan Biru sama Mahendra”
“S-sam” Ayana hanya mampu mengeluarkan kata itu.
“Apa maksut semua ini? Apaan sih! Gue ga ngerti” tanya Sabiru
“Ayana, apa maksut kamu? Kamu bilang aku yang pertama. Tapi ini kenapa gini?” Tanya Mahendra yang sama bingung nya
“Sebelum dia sama lu, Ayana udah duluan HS sama gue. Dia bohong sama lu, yang ada di perut Ayana itu anak gue bukan anak lu” jelas Samudra
“Ayaa??” Mahendra tidak menyangka jika semua yang di bicarakan oleh Ayana hanya sebuah kebohongan.
“Aku suka sama kamu Mahen! Kenapa ga peka sih? Aku suka sama kamu dari awal kita ketemu waktu itu. Kamu laki-laki yang jadi alasan aku buat senyum lagi setelah pindah dari kota lama ku, dari SMA aku selalu merhatiin kamu yang duduk di bangku depan aku. Semuanya berubah pas dia datang!” Ayana dengan lantang nya menunjuk Sabiru
“Dia! Dia ngambil kamu dari aku, kenapa Mahen? Kenapa kamu milih dia sedangkan dari dulu ada aku di samping kamu?” Sambungnya
“Aya! Buka mata kamu ya! Aku juga selalu ada buat kamu pas kamu lagi sedih, pas kamu tau Mahen udah punya pacar kamu dateng ke aku Ayana. Kenapa kamu malah ngejar Mahendra yang jelas-jelas udah milih biru buat jadi pendamping nya. Stop ngejar-ngejar Mahen, ada aku ya. Sekarang ayo pulang ikut aku jangan ganggu Mahendra sama Sabiru lagi”
“Malla, maafin abang ya sayang. Tolong rahasia in kehamilan Ayana, biar abang yang ngomong sendiri ke mama” lanjut Samudra
Samudra pun pergi dan membawa Ayana keluar dari apartemen milik Mahendra. Sabiru masih syok dengan apa yang terjadi di depannya tadi hanya terdiam dengan posisi yang sama, terduduk di lantai.
“Sayang” panggil Mahendra, lelaki ini mendekati Sabiru yang tengah di ambang kebingungan dengan mata yang masih berkaca-kaca.
“Sayang, maafin aku ya udah buat kamu bingung. Maaf Biru” Mahendra pun menggapai pucuk kepala Sabiru dan di elusnya perlahan.
“Maaf bir” ucap Mahendra lagi diiringi dengan pelukan hangat untuk Sabiru. Sabiru benar-benar mematung, otaknya masih mencerna apa yang telah terjadi.